Hampir tiga jam aku mengamatinya...,Bahkan aku terus mengikuti mereka.Iya benar, kali ini aku benar-benar penasaran. Seorang Laki-laki dan seorang perempuan yang mengendarai mobil mewah itu. Dengan motor butut-ku aku terus mengikuti ke mana ia pergi. Yang membuat aku penasaran karena mereka baru saja memborong hasil bumiku yang selesai aku panen yang baru saja aku rebahkan semua panenan itu di halaman rumahku yang tanpa atap. Ada padi, beras, kacang, ubi, dan jagung dan lain-lain, yang telah kupanen bersama keluargaku. Sungguh indah dan bahagia rasanya semuanya bisa panen dengan waktu yg hampir bersamaan. Meski tak begitu baik hasil panenan-nya tapi ya sudahlah..aku cukup bersyukur, karena itu hasil jerih keringat seluruh anggota keluargaku.
Mereka berdua tiba-tiba datang dengan mobilnya, dan segera bertanya...berapa harga-harga hasil panenanku itu. tanpa Kompromi, mereka langsung sepakat dengan harga yang aku tawarkan dan langsung membayarnya. Yang cukup aneh juga, mereka merelakan mobilnya dipenuhi dengan karung-karung kecil hasil panenanku itu. Pikirku.."apa tak sayang ya..mobil sebagus itu dijejali dengan macam-macam karung-karung panenanku yang bergumul tanah yang masih aga basah??". Tapi ya sudahlah",pikirku..itu urusan mereka. Tapi masih satu ada pertanyaan lagi di benakku.."tadi mereka kebetulan lewat atau memang sengaja ya ingin membeli macam-macam panenan di lingkungan desaku yang terkenal sebagai desa petani penghasil panenan dari tanaman-tanaman terbaik".
Perempuan itu cantik...bahkan bagiku sangat cantik.., cukup tinggi semampai dan bertubuh ramping memakai kemeja putih yang kelihatan pas ditubuhnya dan rok putih panjang yang sama sekali tak kelihatan kedodoran, perempuan itu juga mengenakan kaca mata hitam cukup besar,semakin kelihatan kontras dengan kulit wajahnya yang putih, mulus dan bersih. Hidungnya yang mancung kelihatan begitu kuat menopang kaca mata hitamnya. Rambutnya hitam, panjang, tergerai dan agak ikal. Ia juga menggunakan sepatu berhak tinggi. Membuatnya kelihatan semakin modis jika mengamati dari keseluruhan postur tubuh dan pakaian yang dikenakannya. Bibirnya cukup merah meski tanpa mengenakan lipstik. Aku sangat yakin ia masih seorang gadis berumur sekitar 20 tahunan ke atas.Tapi itu hanya perkiraanku.
Sedangkan si Laki-laki itu cukup tua, berkumis tebal, hidung mancung dan matanya cukup bulat. Perutnya agak buncit mengenakan kemeja putih pula, dan bercelana hitam berbahan halus, memakai sepatu hitam yang disemir mengkilat. Iya meski ia agak tua tapi cukup tampan. Rambutnya pendek ada beberapa yang beruban, semakin membuatku yakin bahwa ia cukup berumur.
Selesai membeli hampir beberapa panenanku itu, mereka berpamitan dengan ramahnya. Semua karung-karung hasil panenanku itu cukup menyesaki seluruh ruangan dalam mobil bagian belakang. Bahkan sebagian juga aku masukkan ke bagasinya. Mereka berpamitan kepada kami dengan senyum mereka seraya berkata "terima kasih..". Mereka mengucapkan kata itu hampir berbarengan. Tapi sambil berjalan menuju mobilnya, mereka bergandeng tangan dengan mesra. Bahkan lelaki itu sempat mencium kening si perempuan dengan hangatnya. Setelah mereka masuk ke dalam mobil, laki-laki itu menyalakan mesin mobilnya, kedua tangannya sudah bersiap untuk memegang kendali penuh di atas kemudi bundar itu. Sekali lagi laki-laki itu mencium kening gadis cantik itu dengan hangat..., bahkan ia sempat memeluk kepala perempuan itu seraya mengelus rambut panjang ikalnya itu.
Setelah mereka tancap gas, aku langsung berlari menyiapkan motor bututku. Segera aku pun menunggangi motorku dan ikut tancap gas!. Ayah dan Ibu bertanya "Arep nyandi???"(Mau ke mana?). Aku jawab "dolan rumiyin...muter-muter cari angin!!"(Mau main dulu..muter-muter cari angin!).Itu hanya jawaban basa-basiku saja.Yang jelas aku benar-benar penasaran dengan mereka berdua..., mereka itu siapa. Aku punya alasan untuk penasaran. Alasan yang pertama, mereka itu orang dari daerah mana?, kedua, mereka itu pasangan apa?, Ketiga..jarang sekali ada orang yang seperti itu membeli panenanku, apalagi mereka membawa hasil panenanku itu dengan mobil mewahnya. "Apa ga sayang ruangan dalam mobilnya nanti kotor dan berdebu??". Alasan keempat, perempuan itu sangatlah cantik, aku seperti terpana melihat sosok "perempuan itu dan dia itu apanya bapaknya itu ya??, istrinya?pacarnya?atau aduuuh...jangan-jangan selingkuhannya??Kok mau ya ama bapak-bapak??tapi bapaknya itu kan tampan?dan pasti ia kaya!, tapi ya sudahlah!".itu semua terus mengusik hatiku. Dan alasan yang terakhir adalah..memang dasarnya aku ini orang yang suka ingin tau tentang orang lain, penasaran, apalagi yang menimbulkan tanda tanya di pikiranku.
Semakin jauh aku mengikuti mereka, ternyata mereka justru tak menuju ke kota. Padahal aku sudah mulai khawatir jika mereka melawati jalan-jalan kota, aku pasti ga akan berhasil mengikutinya meskipun dari jauh. Karena aku tak membawa helm, bahkan surat-surat. Maklum pak polisi pasti selalu sigap meniup peluit, menghadang dan mengejar para pengendara yang tanpa mengenakan helm. Sudah pakai helm pun kadang juga diberhentikan di tengah jalan, dipriksa surat-suratnya lengkap atau engga. kalau engga mereka pasti bilang"Sidang ya???"...dan kebanyakan orang sering pula menjawab "damai aja ya pak" seraya mengajak salaman pak polisi. Tapi di antara persentuhan telapak tangan mereka ada apa ya??hehe..Salam tempel!!.huhuy..!. Tapi ada juga lho pak polisi yang menolaknya!,hehe. Aaah katanya udah ga ada inspeksi, operasi kelengkapan surat-surat kendaraan lagi..SIM, STNK" . Kata Mr.Presiden.."Hal itu tidak efektif dan ga ada korelasinya ama kecelakaan lalu lintas..yang penting bagaimana mengatur lalu lintas para pengendara agar bisa aman dalam perjalanan,menganjurkan mereka menggunakan alat-alat kelengkapan berkendara seperti helm, spion dsb-nya".
Waduh cerita tentang helm cukup bisa sedikit mengalihkan perhatianku pada target yang aku ikuti, tapi aku langsung siaga penuh lagi sembari berkonsentrasi pada target. Mereka berdua dengan mobilnya justru masuk ke desa-desa sekitar.., sesampainya di dalam kampung mereka sesekali berhenti dan mengamat-amati rumah-rumah di sekitar. Ternyata mereka selalu berhenti pada rumah-rumah yang sederhana.., bahkan ada juga yang tak layak. Jauh lebih tak layak dibandingkan rumahku yang juga hanya sederhana. Mereka berdua turun dari mobil, kemudian mengambil karung panenan itu satu demi satu, membagikannya dari rumah ke rumah. Rumah yang menurut mereka layak untuk diberi. Iya "diberi" kataku, karena ternyata mereka hanya membagi-bagikan karung panenan itu dengan cuma-cuma. Begitu terus berulang kali. Kuamati dari jauh mereka berdua tak menerima sepeser uang pun dari tangan-tangan anggota keluarga di rumah itu. Mereka hanya bertamu tanpa masuk ke dalam, hanya mengetuk pintu sepertinya sambil mengucap salam menunggu para penghuni rumah keluar. Setelah penghuni rumah keluar, mereka langsung memberikan karung-karung itu sambil tersenyum dan sambil mengucap kata-kata yang entah aku tak tahu. aku hanya bisa mengamati gerak mimik mulut mereka karena aku mengamati dari jauh dan senyum perempuan itu ternyata sangat indah jika dipandang dari jauh.."wuuuih" ucapku dalam hati, bibirnya masih terlihat merekah samar-samar dari kejauhan.
Sepertinya karung-karung itu hanya tinggal beberapa, tapi aku jadi penasaran dengan setiap kta-kata yang mereka ucapkan kepada setiap penghuni rumah yang mereka kunjungi. Akhirnya sebelum karung itu habis dibagikan, untuk rumah berikutnya nanti, aku memutuskan untuk mendekat. Mencoba mencari tahu dalam rangka apa pasangan itu membagi-bagi panenan yang telah mereka beli dari hasil kerja keras keluarga itu. Akhirnya untuk rumah berikutnya, kusandarkan motor butuku, berjalan menepi dengan gerak tubuhku yang seolah ingin mengintai. sambil lari kecil aku berusaha mencari tempat-tempat yang bisa menutupiku dari pandangan mereka berdua. terus berlari sambil menunduk dan mendekat ke dinding bambu rumah samping Pintu depan. Aku tak mau ketauan oleh mereka, aku ga mau mereka sampai tau kalo aku mengamati mereka semenjak mereka pergi dari rumahku tadi. Semakin mendekat dan akhirnya iya aku berada 5 meter dari obrolan mereka..semakin kutempel kupingku pada dinding luar rumah. "aduuuuuuh", ternyata kakiku tersandung batu di sekitar rumah. Padahal maksudkau aku ingin lebihl mendekat lagi. "Aduh bodohnya aku...kenapa aku tadi harus berteriak kencang seperti tadi!!!" ucapku dalam hati.
Segera si ibu pemilik rumah " Sopo yo kui???" ("siapa ya itu???"). Dan bodohnya lagi mulutku tiba-tiba menjawab "kula buuuuu!!!" ("saya bu!!"). kemudian mereka bersama-sama menengok ke samping rumah dan melihatku. Mereka memandangiku dengan cukup aneh, tapi si perempuan cantik itu tersenyum, dan senyumnya masih saja cantik, secantik parasnya. Tiba-tiba perempuan itu mendekatiku, menggapai tanganku, menggenggamku dan menarikku seraya berkata "sini-sini mas". Aku menunduk malu,namun matau melirik wajahnya yang terus menebar senyum cantik. Tiba-tiba ibu si pemilik rumah menyahut, "Oh mbak e kenal to karo mase sing blusuk an ndelik niku??tak kiro maling..hehehehe" ("Oh mbaknya kenal ya sama mas nya yang sembunyi-sembunyi itu tadi, saya kira dia maling...hehehe").tawanya terkekeh. Kemudian mbak cantik itu menjawab "Nggih bu kula kenal, ini tadi teman saya yang ikut bantu-bantu membagikan karung-karung ini di rumah-rumah yang lain". Si ibu pun menjawab "oalah mbak e ayu ternyata bisa basa jawa juga to???hehe". Kemudian si bapak itu ikut menyahut"iya bu ini temannya Felisa, dia tadi yang telah banyak membantu kami membagi-bagikan karung-karung ini".
"Ini dalam rangka apa Pak..Mbak... kok saya tiba-tiba diberi ini semua", si ibu bertanya.
"Oh itu syukurannya felisa bu...dia habis wisuda dari kuliahnya, itu juga dibeli dari hasil tabungan dan kerja sambilannya felisa sendiri..ga apa-apa bu jngan sungkan menerimanya", jawab si bapak.
"Loh baru lulus kok sudah punya uang pak, sudah langsung kerja??" tanya si ibu.
"Oh itu dari hasil usaha kwarung makan yang dirintis felisa semenjak ia kuliah dulu bu.., jumlahnya cabangnya sudah lumayan", jawab si bapak kelihatan bangga."Ya sudah bu kami langsung pamit, terima kasih", si bapak menyambung pembicaraan.
"Oh sudah cantik pinter cari uang lagi mbak ayu ini" jawab si sibu sambil mencubit gadis yang bernama Felisa itu.
Kemudian kami berpamitan, aku jadi terasa canggung karena harus berpura-pura menjadi bagian dari mereka berdua. Padahal aku bukan siapa-siapa mereka. Aku hanya penguntit yang terus ingin tahu urusan mereka. Kemudian selesai berpamitan mereka mengajakku masuk ke dalam mobil mereka.
"Maaf pak, mbak saya bawa motor.."jawabku atas ajakan mereka.
"Mana motornya mas??", tanya Felisa.
"Itu di ujung jalan...mbak, jawabku seraya menunjuk dengan jari telunjukku. Rasanya aku benar-benar malu. Aku selalu menjawab dengan muka yang selalu menunduk dan berani memandang wajah mereka.
tiba-tiba si Bapak menyahut, "Ga apa-apa mas ditinggal di rumah ini aja, dititipin sama ibu itu,kita makan bersama dulu, terus nanti mas-nya saya antar ke sini lagi, mas-nya tahu warung makan enak dekat sini kan??"
"Iya pak saya tahu.."jawabku sembarangan karena bingung.
"sebentar ya pak saya ambil motor saya dulu, mau saya titipkan ke rumah ibu nya itu."kataku.
"Iya monggo..." jawab si bapak. Sementara Felisa cantik terus memandangiku dengan senyuman, kaca mata hitamnya ia kenakan di jidat bagian atas sambil ditarik ke belakang selayaknya bando perapi rambut."Ya ampun...ternyata felisa benar-benar cantik jika semakin kupandang" ucapku dalm hati.
Aku benar-benar tak bisa menolak ajakan mereka, entah karena malu, takut, atau memang aku senang dengan keramahan mereka berdua. Selesai kutitipkan motor segera aku ikut masuk ke dalam mobil mereka, aku duduk di bagian belakang. Kulihat seisi ruangan dan interior mobil kelihatan kotor karena debu-debu tanah dari karung panenan tadi. Mobilpun berjalan,,sementara felisa melihatku dengan mata indahnya melalui spion di dalam mobil di samping kiri atas kemudi mobil. Ia terus meilhatku sambil tersenyum. Kulihati seluruh tubuhku cukup kotor, sambil memakai kaos seadanya, dan celana pendek kotor.
"Mas-nya yang jualan panenan di desa sebelah tadi kan??sudah ngikutin kita ya dari tadi...??, aku sudah tahu semenjak mulai dari jalan keluar kampungnya masnya tadi.,kok..", tanya Felisa sambil tersenyum.
Kemudian si Bapak menyahut"oh iya mas kenalkan saya bapaknya felisa dan ini felisa, kami sebenarnya orang kota yang pulang merantau mas, Dulu nenek dan kakek Felisa tinggal di desa itu tadi. kami merantau, memang permintaan felisa agar kita pulang kampung dulu..katanya dia sudah kangen dengan suasana masa kecilnya dulu"
"Iya mas masa kecilku sampai kelas 6 SD aku tinggal di sini ama kakek nenek. sedangkan ibu dan bapak merantau ke Bandung. Kita jarang pulang lagi, karena kakek ama nenek juga sudah meninggal, kami pun juga sudah menetap di Bandung.", kalau mas-nya kan tinggal di desa sebelah. Kalau kampungku dulu di sini mas,"Felisa pun menambahi.
"O iya aku mau nanya mas-nya kok ngikuti kita berdua ada apa??hehe, jadi pengen tau neh aku.hihi", tanya Felisa.
"Oh...engga mbak...aku tadi kebetulan lewat"jawabku terbata.
"Sudah gau usah berbohong kita sudah tahu semenjak dari tadi lho.."
"A..a...a..ku penasaran mbak..."
"Apa yang bisa bikin mas-nya penasaran??"
"Banyak mbak...saya ga bisa sebutkan satu per satu", jawabku. "Tapi yang paling kuingat di saat bingung seperti ini, kayaknya ya karena mbak felisa itu can...can...tik...."
"Hahahahaha...terima kasih...mas...", sahut Felisa..
"Wah..wah Mas-nya ini bikin Felisa jadi besar kepala lho..hehehe", Jawab si bapak.
"Tapi beneran neh mas ga ada hal lain lagi yang bikin mas-nya penasaran sama kita??".tanya Felisa.
"Ada seh mbak...tapi saya lupa...hehe", jawabku sambil takut dan malu.
"Penasaran juga ga apa-apa kok mas..aku tahu masnya ini dari wajah-nya kelihatan kalau orang baik",itu kata Felisa. disahut senyuman kecil oleh Si bapak.
Kok ada ya wanita cantik, baik, kaya, rela melakukan hal yang seperti itu tadi untuk orang lain, dan bapaknya pun juga sepertinya juga orang baik. "Berbagi...ia mau berbagi dengan orang lain..., berbagi rezeki, berbagi senyuman, dan menghibur orang lain dengan senyuman wajah cantiknya. Andai aku boleh berlebihan.. ingin aku berkata ."Apa ia bidadari yang di utus untuk memberi dan berbagi dengan orang lain ya?". Sampai dewasa ini, aku baru melihat untuk pertama kali nya orang baik seperti mereka itu. Apalagi di sekitar lingkungan desa-desa ini, ada juga orang-orang kaya..tapi tak pernah aku melihat mereka mau berbagi dengan tetangganya yang hidupnya miskin dan pas-pasan. Mudah-mudahan mereka memang seperti dugaanku sementara ini, bahwa mereka adalah orang-orang yang memang baik hati.
"Oya mas besuk pagi aku minta bantuan ya sama kamu, besuk mau kan bergabung dengan kita membagikan hasil panenan lagi??", Tanya Felisa.
"Tapi kan karung panenan di dalam mobil ini sudah habis mbak??"tanyaku.
"Ya besok pagi beli lagi di rumahnya mas-nya..."
"Oooooh begitu ya.....iya mbak...bisa", jawabku. sambil teriring ucapan kata "Alhamdulillah" dalam hati ini.
"Oh iya kita berhenti di masjid dulu ya Ayahku sayang...sholat Dzuhur dulu, sudah adzan". kata Felisa.
"Masjid yang deket dari sini mana ya mas??", tanya si Bapak.
"Oh ada pak..jalan ini lurus terus saja.., ada perempatan di sebelah kanannya..".sahutku.
Selama di dalam mobil itu perasaanku aneh rasanya. Aku bersama orang-orang yang baru saja kukenal, tapi sepertinya aku sudah lama mengenal mereka. Rasanya nyaman di hati...ini. Tapi mereka berdua sungguh bukan Malaikat, Felisa juga bukan Bidadari..
(Ayuth Wahyu Sapto Prasojo, 17 April 2012, 00.00- 02.11 WIB)